Menilai yang Tak Patut di Nilai



bukankankah tingkat keimanan seorang hamba hanya diketahui oleh tuhannya? lucu ketika seseorang dapat mengatakan keimanan A lebih tinggi dari B. who knows the other people's heart? 


menurutku hubungan hamba dan tuhannya sangat privasi.

aku percaya bahwa hidayah terkadang juga tidak selalu ditunggu, atau mungkin hidayah itu datang namun kita tidak sadar jika itu adalah saatnya. orang menunggu hidayah namun terkadang tidak berfikir untuk memulai. memang, setiap orang akan berproses, dan begitupun aku, yang ketika baru memakai jilbab pun tidak menjadi malaikat, dan mungkin tidak pernah ada manusia suci dari dosa. juga, sepertinya keimanan orang terus berfluktuasi.

yang menurutku sungguh menganggu adalah bagaimana adanya manusia-manusia yang sibuk menilai keimanan orang lain. ini bukan masalah mendakwahi, itu beda lagi, karena aku tau muslim wajib untuk saling mengingatkan satu sama lain. Dan pun, untuk mendakwahi, mengingatkan bahkan mengajarkan seseorang memiliki cara-cara sendiri. Dengan mengajaknya mengobrol berdua misalnya, bukan dengan menyebutkan apa yang salah dari orang itu dihadapan khalayak ramai, itu namanya menghina. Juga, ada orang-orang yang mendiskusikan tentang keimanan orang dan bukan untuk membantu dia ke jalan yang seharusnya. mereka terkadang membandingkan, mengolok-olok, dengan hal itu, yang bahkan mereka tidak tau diri orang itu yang sebenarnya. 

orang yang berjilbab belum tentu lebih baik dari yang tidak berlilbab. tapi bukan berarti orang yang tidak berjilbab itu dibenarkan. begitu pula hal lainnya, seperti seorang yang sedang tampak melakukan dosa hal itu tidak dibenarkan, namun kita tidak berhak menilai keimanan dia rendah dari si X. kita tidak seharusnya membandingkan diri yang satu dengan yang lain. lingkungan, kepribadian, latarbelakang keluarga, pertemanan, budaya dan berbagai faktor lain yang membedakan seorang yang satu dengan yang lainnya, yang oleh karena itu juga setiap orang memiliki jalan menuju tuhannya masing-masing. 

Selanjutnya ada juga manusia-manusia sok tau padahal gak tau. Mungkin terjebak dalam stereotype, atau berita-berita media yang memojokkan seolah-olah menggeneralisasi orang yang mereka anggap "sama". Atau hanya dari gossip, atau Menilai orang lain hanya dari satu sisi (padahal manusia itu kompleks), dan parahnya tentang keimanan seseorang. Contoh sederhana saja, orang bercadar sering dianggap teroris. Kita kesampingkan dulu hukum agama (yang padahal cadar sendiri sunnah, setau aku), kita terlalu sibuk dengan pemikiran kita tentang dia yang "belum tentu pikiran itu benar", dan memudarkan hal-hal baik yang dia lakukan sebagai seorang manusia. Kenapa kita begitu ktitis dengan keimanan orang lain padahal kita sendiri tidak mengerti apa, kenapa, dan bagaimana. Jika kita memang peduli, seharusnya kita ajak berdiskusi, bukan berprasangka. 
Bukankah, prasangka buruk termasuk sesuatu yang dilarang Allah?

Terkadang heran aja bisa untuk seberani itu menilai-nilai keimanan orang yang hubungannya dengan hati, padahal hanya Allah lah yang tau isi hati tiap manusia.




semoga kita semua termasuk orang-orang yang beriman, aamiin allahuma aamiin..

bella

No comments:

Post a Comment