D e l a y

"Mari duduk dan bercerita"
"Sambil menegukkan capucinno hangat ini, pastinya nikmat" Dia tersenyum manis dihadapanku
-----
Pukul 16.00. Aku berjumpa dengan Dia, seseorang yang bahkan tidak bisa aku deskripsikan.

Kami mengobrol basa-basi, bertanya kabar, dan sebagainya, mungkin sekitaran 30 menitan, sambil terus berjalan mengitari kota. Sampai akhirnya, berhenti disebuah kedai coffee yang manis sekali tatanannya. Dia terpukau, mengajakku untuk mampir sebentar.


-----

Aku mencicipi capucinno yang telah tersaji. Ternyata, enak juga.
"Kau memang jago memilih cafe cos" aku berkata kepadanya sambil tersenyum
"Hehee.. sebenernya aku tertarik ke tatanan cafe nya" katanya

Mungkin dia sahabatku. Tapi aku tidak yakin dia menganggapku begitu. Dia ramah pada semua orang, pun kepadaku. Aku berharap bisa menjadi saudari nya. Karena dia baik. Sangat baik. aku tidak berfikir ke hal yang lebih dari itu. takut saja.

"Apa kau pernah berfikir tentang kekasih?" Dia bertanya sambil mengaduk-aduk minuman hangatnya itu.
Aku sedikit terkejut, namun masih dapat aku kontrol.
"Memangnya kenapa?" Aku balik bertanya

Dia menaruh sendok dipinggir gelas. Kemudian menatapku.

"Aku kepikiran tentang itu padamu" jawabnya

Seketika, aku kehilangan kendali untuk berfikir dengan jelas. apa maksudnya dia sedang menyatakan cinta?
Aku menelan air liur, pertanda grogi. Dia masih menatap dengan seksama, serius, tidak seperti biasanya. Tatapannya dalam dan penuh teka-teki.

"Kamu ini ada ada saja hahah.. " aku mencoba mencairkan suasana, tapi ternyata bukan pengaruh besar. Matanya tetap sama. Menatapku dengan tatapan sebelumnya. Baiklah. Aku akan mencoba menanggapi.

Namun, sebelum aku memulai kata kata dia malah tertawa terbahak-bahak.
"Hahahahah bagaimanaa menurutmu? Aku sudah seperti seorang aktor ternama tidaak?"  Katanya kemudian.
Tunggu dulu, aku mencoba mengerti situasi ini. Lalu mengernyitkan dahi. Dia hanya berdrama didepanku. Sungguh.. hampir saja aku mempermalukan diri sendiri. Aku hampir menjawab hal yang tidak masuk akal. Aku merasa lega atas ketegangan itu, namun sedikit sakit. padahal aku yakin tidak ada rasa apa-apa pada dia.

"Bagus sekali.. kau hampir saja membuat jantungku berhenti berdetak" kataku sinis

Aku mengaduk capucinno ku dan meminumnya dengan terburu-buru, karena ingin cepat beranjak pergi.
"Sepertinya aku harus pergi cepat, sudah pukul 17.00. aku bisa kesorean jika berlama-lama disini" sedikit garis senyum kuberikan, dan merapikan barang-barang sambil beranjak pergi. Dia diam saja, terus menatapku dengan tatapan misteri.

Aku berjalan keluar pintu sambil menahan sakitnya dada yang entah kenapa aku rasakan. Tapi, sejak kapan dia suka berdrama? Sedangkan dia.. benci dunia seperti itu. Mungkinkan dia mencoba mengganti jalan hidupnya?. Entahlah, aku tidak mau tau lagi.

Sakit saja.

---
Lelaki itu menatap capucinnonya. Kemudian melihat layar handphone yang berisi foto berdua gadis itu.



bella